Cerita tentang teknik penipuan lain

26 August 2010

Berikut cerita langsung dari teman sekantor saya.

Malam, jam 08.30, tiba-tiba kawan kontrakan saya, namanya Romy, mendapat telpon yang mengaku dari POLDA Bali. Sipenelepon meminta agar Romy mematikan telponnya terlebih dahulu karena setiap Kepolisian Bali sedang mencari tersangka pengedar NARKOBA, dan setiap ditelepon ke nomor tersangkatersebut, selalu di alihkan ke nomor Romy. Dengan sedikit ancaman dari penelepon yang mengaku polisi ini, akhirnya Romy mematikan HPnya selama 30 menit.

Setelah 30 menit, Romy kemudian menyalakan kembali HP nya. Begitu HP nya nyala, datang telpon dari adiknya di Padang dan menanyakan apakah keadaan dia baik-baik saja. Romy kaget, karena dia tidak kenapa-kenapa, hanya di rumah tidak keluar apalagi kenapa-kenapa.

Ternyata sewaktu Romy mematikan HP, orang tua Romy yang bertugas di Pasaman (3 jam dari Padang) ditelpon oleh orang yang mengaku Dokter dari RS Gatot Subroto Jakarta. Katanya, Romy mendapat kecelakaan parah, tulangnya patah dan wajahnya rusak, tulang tengkoraknya cedera dan harus segera dioperasi, jadi harus ditransfer uang 40 juta segera saat itu juga sebagai jaminan biaya operasinya. Kontan orang tuanya panik dan segera mentransfer uang melalui adiknya di Padang lewat ATM ke rekening orang tersebut sejumlah Rp. 40 Juta.

Ternyata penipu tersebut juga mengirim sms ke beberapa saudara Romi yang lain di Jakarta dengan alasan yang sama yakni kecelakaan meskipun tidak dimintai urang juga. Sehingga ketika Ibunya menelpon ke saudara-saudaranya di Jakarta mereka sudah mendapat informasi yang sama, yakni Romy kecelakaan parah. Sedangkan Romy sendiri tidak bisa dihubungi karena HP nya tidak aktif

Kemudian, setelah diusut nomor rekening milik penipu tersebut ternyata beralamat di Jakarta (tepatnya daerah CIlandak), namun dari rekening tersebut sudah ditransfer lagi ke beberapa nomor rekening yang berbeda (sesudah dilakukan pelacakan ke Bank BNI). Pengaduan sudah dilakukanke kepolisian, namun tidak bisa diterusan karena tidak ada bukti dan …seperti biasa, Polisi tidak akan mau repot-repot kalau tidak ada uang repot-repotnya.

Sangat disayangkan, padahal Romi masih punya nomor Esia yang diketahui adiknya, namun mungkin karena panik tidak sempat dihubungi.

Pelajaran dari kejadian ini:

  1. Sebaiknya orang terdekat dengan kita (khususnya Orang tua) memegang satu nomor khusus yang hanya diketahui oleh orang tua dan saudara-saudara, berbeda dengan nomor yang pakai dengan kenalan/kolega yang lain.
  2. Hati-hati meminjamkan nomor HP, atau meninggalkan HP pada counter HP (alasan perbaikan atau yg lain), sehingga data-data pribadi kita seperti nomor2 orang yang dekat dengan kita dapat di bajak untuk kepentingan yang tidak baik
  3. Jangan panik apabila mendapat berita buruk terutama dari orang yang tidak dikenal, selalu cek ricek dan ricek kembali, terlebih berkaitan dengan uang.

3 orang memberi komentar:

Anonymous said...

duh, cerita ini juga sudah pernah ada lama sebelum kejadian si Om Romy ini. Waah makanya coba sarankan dia blog walking, biar lebih up-to-date dengan informasi-informasi yang ada, terutama kasus penipuan ini.

Unknown said...

Tambahan: hati2 dengan penampilan data2 pribadi di facebook juga, misalnya nomer telp, sibling, dll. karena dari situ juga bisa dijadikan refrensi untuk menipu.

smoga tidak ada lagi yang mengalami hal serupa dengan temanmu itu.

Chudex's said...

Hati-hati dalam memberikan nomor hhp pada orang lain, dan setiap ada hal seperti ini bisa dengan cara menghubungi temennya atau RS yang dimaksud.Dan juga berikan kabar berkala kepada family agar mengetahui keadaan saudaranya yang jauh.