Egois

02 March 2010

Hari minggu yang lalu, saya mengikuti kebaktian di GKI MY (Gereja Kristen Indonesia - Maulana Yusuf). Seorang pendeta yang cukup sering saya lihat pada hari itu berkotbah tentang "membunuh egoisme dengan mengikuti teladan Yesus". Saya mempersiapkan hati untuk mengikuti kebaktian ini, saya bernyanyi dengan semangat, berdoa dan merenungkan ayat-ayat bacaan yang dibacakan liturgis.

Dan sampailah saatnya ketika kotbah tentang keegoisan itu pun dimulai. Pendeta bercerita tentang defenisi egois, contoh, sifat-sifatnya dan banyak hal lainnya. Namun, selagi saya memperhatikan pendeta menjelaskan, saya cukup terganggu dengan seorang jemaat yg duduk di depan saya.

Dari awal kotbah, dia sibuk saja memencet-mencet BBnya. Let say kotbah berdurasi 40 menit, dia sudah menghabiskan 10 menit di awal untuk ber-BB ria. Setelah bosen, kukira dia bakalan mendengarkan, taunya: buka buku rumus IPA...masyaollo. Ini tuh bukan sekolah, bimbel ataupun rumah. Masa cuma nyediain waktu 1,5 jam buat Tuhan aja ga mau. Egois banget cewe ini!

5 menit kemudian, ibunya menegurnya. Lalu dia pun buru2 menyimpan buku rumus itu. Tapi bukannya mendengarkan kotbah, dia malah tidur di pundak ibunya. 10 menit tidur, dia bangun lagi dan mengeluarkan BBnya dari tas, lalu chatting lagi. Astagfirulloh...lebih parah lagi, ketika Pdt Wee Willyanto berkata "salah satu sifat egois adalah lebih mementingkan makanan daripada Allah", eee cewe ini malah buka tobleron dan dibagi-bagiin ke orang tua dan adik-adiknya (udah kayak perjamuan kudus aja bok!). Dan sisa kotbah pun dihabiskannya dengan BBnya. Egois!

Selesai kebaktian, saya bertemu Anne IF04 di bawah. Waktu ngobrol ngalor ngidul, ada dua orang pemuda berdiri di depan meja besar yg ada di ruang bawah tersebut. Yang satu membentak yg lainnya dengan nada yg sangat tinggi (beuh, suaranya udah Tenor abis lah klo di padus), katanya "Gimana kerjamu ini? Sudah dikasih waktu seminggu, tanda tangan aja ga beres. Kau hitung ini tanda tangannya! Apa kayak gini? Kau beresin sekarang, kalo ngga aku marah. Bener-bener marah! Sekarang! S-E-K-A-R-A-N-G!". Beuh, digituin di depan umum lho. Serem abizz...merinding aku dengernya. Sampai2 Anne ngomong gini, "eh, itu kenapa?". Bayangin aja, kita itu masih di gedung gereja lho...tapi kyk gitu kelakuannya. Padahal kotbah semua kebaktian umum temanya sama lho...tentang egois.

Lalu aku pulang, tanpa memberikan solusi ataupun menegur mereka. Sampai di rumah, kurenungkan kejadian hari itu, lalu ketemu satu kesimpulan.

Ternyata, bukan cuma mereka yang egois. Aku pun egois karena ga menegur mereka. :(

2 orang memberi komentar:

Anonymous said...

Yah, tidak semua hal solusinya adalah menegur. Ada kalanya kita lebih baik diam.

Jangan sampai fokus kita yang tadinya mendengarkan khotbah, malah terganggu hanya karena masalah sepele (ada yang mainkan BlackBerry).

Wijoyo Simanjuntak said...

@mika:
menegur itu ga salah, tetapi poin kedua mu itu tentang "jangan sampai terganggu karena masalah sepele" itu sangat benar. Terima kasih atas sarannya ya bro :D