31 Desember 2006 adalah hari terakhir di tahun 2006 yang kelabu. Memang tahun itu penuh ketidakmujuran bagiku. Yang terburuk adalah PAHE (Paket Hemat 10 SKS) yang hampir membuat aku gila.
Malam itu kuhabiskan bersama keluarga pemilik kosan, tempat aku tinggal selama ini. Dia adalah seorang profesor di ITB. Di sana ada dia (biasa kupanggil "Amang"), istrinya (biasa kupanggil "Inang"), 2 orang anaknya, menantunya (seorang direktur di Garuda Maintenance), dan keluarganya yang lain. Rumah itu pun dipenuhi tamu. Tidak lupa sebotol minuman keras yang mahal dari Belanda menemani kami sampai pagi.
Sejenak terlintas di benakku tentang keadaan pesawat terbang di Indonesia, lalu kudatangi menantunya yang merupakan Direktur di Garuda Maintenance. Entah mengapa kukatakan, "Sebentar lagi AdamAir juga akan jatuh". Lalu aku langsung pergi dan tidak mau memikirkannya lagi.
Pulang ke kos, tidur sampai jarum jam menunjukkan jam 9.00, lalu aku bangun dan menyapa orangtuaku sembari mengucapkan selamat tahun baru. Begitu pula dengan keluargaku yang lain. Ya! Hari itu adalah hari libur, 1 Januari 2007, dengan langkah santai aku berjalan kaki ke kampus ITB sekedar ngenet dan mencari berita (hal ini sudah cukup untuk menghibur diri). Sore hari, aku iseng buka detik.com dan melihat kabar bahwa sebuah pesawat AdamAir telah hilang (mungkin jatuh). Segera kumatikan laptop, kumasukkan ke tas, dan mengambil langkah seribu pulang ke kosan menanti berita lebih lanjut. Singkat cerita setelah 2 minggu, pesawat dinyatakan jatuh di laut sulawesi.
"Sebentar lagi AdamAir juga akan jatuh" adalah ucapan yang sangat kusesalkan seumur hidup. Ucapan itu menjadi kenyataan kurang dari 12 jam setelah keluar dari mulutku.
Hari ini (26 Maret 2008), kubuka lagi detik.com dan melihat berita tentang AdamAir yang jatuh dulu. Kembali terkenang penyesalan itu, apalagi ketika menyadari bahwa itu adalah human error.
"Jangan dibelokin, jangan dibelokin". Aku ga ngerti, bagaimana ucapan seperti ini bisa keluar dari seorang pilot, seorang yang seharusnya sangat profesional di bidang per-pesawatterbang-an. Saya sendiri yang cuma bisa mengendarai motor dan mobil bisa menyadari kalau kendaraan saya itu melenceng walau hanya 1 derajat.
Beruntung seumur hidupku tidak pernah menaiki pesawat AdamAir. Kalau egoku berjalan, aku ingin menyalahkan AdamAir, Pilot, Direksi, KNKT, DSKU (entah apalah itu semua). Kalianlah penyebab kematian seluruh penumpang di pesawat itu. Kalian adalah PECUNDANG
Kini adalah pilihan keluarga penumpang yang kurang beruntung itu. Hotman Paris Hutapea (hari Minggu Paskah 23 Maret 2008, aku melihatnya di tempat aku berkebaktian) mengatakan bahwa di Inggris, maskapai bisa dituntut sampai 100 milyar per penunpang. Take that choice or not! Ini hakmu!
Malam itu kuhabiskan bersama keluarga pemilik kosan, tempat aku tinggal selama ini. Dia adalah seorang profesor di ITB. Di sana ada dia (biasa kupanggil "Amang"), istrinya (biasa kupanggil "Inang"), 2 orang anaknya, menantunya (seorang direktur di Garuda Maintenance), dan keluarganya yang lain. Rumah itu pun dipenuhi tamu. Tidak lupa sebotol minuman keras yang mahal dari Belanda menemani kami sampai pagi.
Sejenak terlintas di benakku tentang keadaan pesawat terbang di Indonesia, lalu kudatangi menantunya yang merupakan Direktur di Garuda Maintenance. Entah mengapa kukatakan, "Sebentar lagi AdamAir juga akan jatuh". Lalu aku langsung pergi dan tidak mau memikirkannya lagi.
Pulang ke kos, tidur sampai jarum jam menunjukkan jam 9.00, lalu aku bangun dan menyapa orangtuaku sembari mengucapkan selamat tahun baru. Begitu pula dengan keluargaku yang lain. Ya! Hari itu adalah hari libur, 1 Januari 2007, dengan langkah santai aku berjalan kaki ke kampus ITB sekedar ngenet dan mencari berita (hal ini sudah cukup untuk menghibur diri). Sore hari, aku iseng buka detik.com dan melihat kabar bahwa sebuah pesawat AdamAir telah hilang (mungkin jatuh). Segera kumatikan laptop, kumasukkan ke tas, dan mengambil langkah seribu pulang ke kosan menanti berita lebih lanjut. Singkat cerita setelah 2 minggu, pesawat dinyatakan jatuh di laut sulawesi.
"Sebentar lagi AdamAir juga akan jatuh" adalah ucapan yang sangat kusesalkan seumur hidup. Ucapan itu menjadi kenyataan kurang dari 12 jam setelah keluar dari mulutku.
Hari ini (26 Maret 2008), kubuka lagi detik.com dan melihat berita tentang AdamAir yang jatuh dulu. Kembali terkenang penyesalan itu, apalagi ketika menyadari bahwa itu adalah human error.
"Jangan dibelokin, jangan dibelokin". Aku ga ngerti, bagaimana ucapan seperti ini bisa keluar dari seorang pilot, seorang yang seharusnya sangat profesional di bidang per-pesawatterbang-an. Saya sendiri yang cuma bisa mengendarai motor dan mobil bisa menyadari kalau kendaraan saya itu melenceng walau hanya 1 derajat.
Beruntung seumur hidupku tidak pernah menaiki pesawat AdamAir. Kalau egoku berjalan, aku ingin menyalahkan AdamAir, Pilot, Direksi, KNKT, DSKU (entah apalah itu semua). Kalianlah penyebab kematian seluruh penumpang di pesawat itu. Kalian adalah PECUNDANG
Kini adalah pilihan keluarga penumpang yang kurang beruntung itu. Hotman Paris Hutapea (hari Minggu Paskah 23 Maret 2008, aku melihatnya di tempat aku berkebaktian) mengatakan bahwa di Inggris, maskapai bisa dituntut sampai 100 milyar per penunpang. Take that choice or not! Ini hakmu!
2 orang memberi komentar:
YOOOOOOOW....
namanya juga manusia, pasti ada buat salah...
cuma disengaja ato ga itu masalahnya.
Ya pilotnya juga manusia dan punya keluarga (kali ya)... masa sih dia mau menabrakkan/menjatuhkan pesawatnya dan bunuh diri.
@Ooze:
tapi juga tidak seharusnya menjadi panik kan? semoga mereka damai di alam lain
Post a Comment