Apa yang ada pikirkan klo orang-orang yang biasanya berjibun dengan urusan pendidikan, penelitian, administrasi, kemahasiswaan, uang, memimpin perusahaan dan tentunya punya keluarga juga tiba-tiba dikumpulkan dan melakoni sebuah ketoprak (lawakan ala jawa)? Mereka-mereka adalah orang-orang yang sudah berumur (setidaknya di atas paruh baya) dan memiliki posisi penting di ITB ataupun di perusahaan-perusaan yang mereka kelola.
"Pasti sangat menarik!" Setidaknya itulah yang saya pikirkan ketika K'Veny mengajak saya untuk menghadirinya. Dan memang seperti itulah keadaannya.
Tapi tunggu dulu, kenapa saya sebagai mahasiswa aktif tidak tahu kabar bahwa akan ada acara yang seunik ini yah? Ah, masa bodoh! Yang penting, kata K'Veny ada makan malam (setidaknya snack berat, hehehe)
Minggu 9 Maret 2008, saya tiba di depan lobby SABUGA tepat jam 18.30 sesuai janji dengan K'Veny. Hari itu dia punya 5 buah tiket masuk tapi sepertinya hanya dipakai 4 saja (K'Veny, K'Uril, saya dan Theresia). Saat itu masih hujan deras, dan ternyata kami datang terlalu awal karena acara dimulai pukul 19.30, yah nunggu sejam gitu deh... Kecewa pun datang, tadinya kukira akan ada makan malam dan ternyata hanya snack berat, gpp deh namanya juga gratisan.
Acara pun dimulai dengan musik tradisional jawa, kata pembuka dari MC, lalu Joko Santoso (rektor ITB) memberi kata sambutan dengan pakaian adat raja-raja jaman dulu, dan ketoprak pun dimulai.
Ini adalah kali pertama saya menonton acara ketoprak, saya sangat jarang menonton acara kesenian jawa.
Lucu, kocak, hancur...ternyata para pembesar tadi bisa memberikan hiburan bagi penonton. Mulai dari rektor, senat, dekan, dosen, anggota DPR, birokrat, direktur perusahaan-perusahaan tampak melucukan (dan sedikit "bodoh"), tidak seperti biasanya mereka terlihat serius. Dua sesi pertama sangat lucu, apalagi ditambah kehadiran bintang tamu "Eko DJ" dalam sandiwara ketoprak tersebut.
Garing dan ga ngerti mulai timbul ketika, "marwoto, timbul, dkk" masuk di sesi ketiga. Totally, aku ga ngerti banget, soalnya mereka ngomong pake bahasa Jawa, waduh ampun dijey!!
Sesi keempat, kebosanan melanda. K'Veny tertidur karena bosan. Dan akhirnya kami pulang sebelum acara selesai.
Secara keseluruhan, saya memberi nilai 7, karena cukup menghibur. Dan saya pun menarik kesimpulan sementara, acara ini dibuat untuk kalangan terbatas karena mereka takut terlihat "agak bodoh", apalagi kalau ketahuan oleh mahasiswa, hehehe.
Sedikit bocoran, tahun depan masih ada acara ketoprak lagi, tapi temanya masih dibahas/dirancang. Mari kita tunggu sampai tahun depan deh!
Dies Natalis ITB
10 March 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 orang memberi komentar:
Post a Comment