aku dan kematianku

26 June 2009


Berat rasanya melepas kepergian seseorang, apalagi ketika jiwa kita sendiri yang harus pergi dari raga ini. Sebuah perasaan yang masih hangat dalam pikiranku. Ya! Aku telah mati. Aku baru saja dibunuh. Pembunuh itu begitu kejam...dia mencabut separuh nafasku...membuat separuh darahku mengalir di tanah...separuh dagingku hancur...bahkan separuh cita-cita dan harapanku berlalu dari hadapanku.

Sempat seketika waktu, tak ada kebahagiaan di mataku. Seketika waktu lain, tak ada masa depan. Waktu itu benar-benar menjadikan seorang 'Aku' menjadi pesimis. 'Aku', yang ditinggalkan dengan luka menembus sumsum dan merobek otot jantung, luka yang disebabkan oleh duri setangkai mawar.

Mawar itu, mawar yang di dalam anganku berwarna putih, ternyata penuh duri dan racun. Kebutaanku membuatku tidak sadar bahwa di dalam kelopak hijau itu terdapat mawar hitam, dan bukan mawar putih. Aku, andai aku masih hidup, masih bisa mengubah hitamnya mahkotanya menjadi putih.

Ya, aku telah mati. Sekarang hanyalah 'Wijoyo the Fake', seorang laki-laki dewasa yang bersembunyi di balik sepasang kaca mata. Dia sedang mengumpulkan serpihan-serpihan kertas yang masih bisa dipergunakan untuk menuliskan catatan sejarah seorang 'Aku'.

Fyodor Ivanov a.k.a Wijoyo the Fake

Melarang jatuh cinta

01 June 2009

bagaimana melarang hujan jatuh ketika ada awan?

bagaimana melarang daun jatuh ketika ada angin?

bagaimana malarangku jatuh cinta ketika ada engkau?