Melistriki Papua

29 August 2012

Tidak bisa dipungkiri bahwa kaitan antara bisnis/industri dengan kelistrikan adalah bagaikan telur dan ayam. Tidak diketahui dengan jelas apakah bisnis berjalan karena adanya listrik atau di sisi lain industri listrik dibangun karena bisnis lain telah berjalan di suatu daerah. Yang jelas kedua hal tersebut muncul hampir bersamaan dan saling mendukung, dimana bisnis membutuhkan listrik untuk berjalan dan industri kelistrikan membutuhkan penggunaan listrik oleh bisnis dan industri lain agar biaya operasional dan investasinya dapat terpenuhi.

Tanpa membaca data-data teknis sekalipun, masyarakat tentunya dapat menebak bahwa Papua adalah salah satu daerah dengan tingkat elektrifikasi terendah di Indonesia. Mengapa demikian? Bisnis yang belum berkembang, wilayah yang sangat luas, SDM Papua yang masih rendah, terain yang ekstrim, dan masih banyak alasan lainnya yang menyebabkan biaya operasional dan biaya investasi untuk melistriki daerah ini sangat besar dan mungkin terlihat hanya "membuang-buang" uang saja. Mereka juga bangsa Indonesia yang masih menghormat kepada bendera Merah Putih. Harus ada terobosan untuk melistriki Papua.

Saya teringat dengan pemerintah China yang membuat PLTA yang bertingkat-tingkat di sepanjang sungai Huang Ho, Yang Tse dan Mekong. Entah berapa puluh ribu mega watt yang dihasilkan PLTA-PLTA tersebut setiap detiknya. Dengan alam yang seasri Papua, seharusnya sungai-sungai di Papua pun bisa disulap menjadi PLTA-PLTA bertingkat. Sungai Memberamo, Digul dan Baliem pastinya akrab di telinga kita. Saya sudah bisa membayangkan air mengalir dalam debit yang besar sepanjang tahun karena alam yang masih perawan.


PLTA-PLTA tersebut nantinya dihubungkan dengan transmisi sampai ke laut dan ditransmisikan ke nusa tenggara, jawa, dan sumatera melalui kabel bawah laut sehingga listrik yang diciptakan dapat dipergunakan untuk menjalankan bisnis di barat indonesia. Bisa dibayangkan bagaimana murahnya biaya produksi listrik Indonesia nantinya.

Memang ide ini hanya bisa terealisasi dengan biaya investasi yang mahal, tetapi insting saya mengatakan bahwa hal ini akan berguna untuk menciptakan Indonesia yang lebih maju, terutama di Papua. Bisa dibayangkan berapa ribu orang Jawa, Batak, Padang, Sunda, Toraja, Bali, Melayu, dll yang akan dikirim ke sana untuk mengoperasikan PLTA, jaringan, gardu induk, dan barang-barang aneh milik PLN lainnya? Bayangkan berapa kilometer jalan yang dibuat, berapa sekolah didirikan, berapa bisnis pendukung yang berputar di Papua jika hal ini terjadi. Bayangkan jika orang Papua melupakan keinginannya untuk merdeka karena merasa bahwa orang Papua dan orang Jawa memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati kemerdekaan.

Saat ini memang masih sebuah ide, namun saya percaya di saat saya menjadi Direktur Utama PT PLN (Persero) ataupun jika saya memiliki IPP, ide ini adalah salah satu ide yang akan saya realisasikan. Mudah-mudahan saja :)

Dr. Wijoyo Batara Frans Simanjuntak, S.T., M.B.A.